Pandangan Azas-Azas Mengajar (Prinsip-Prinsip Mengajar) Dari Beberapa Ahli
Azas-azas mengajar
itu bermacam-macam, tetapi dalam uraian ini akan dikemukakan dari Marsell dan
Mandigers.
Kedua ahli pendidikan tersebut berasal dari Amerika Serikat dan
Belanda sehingga mempunyai sudut pandangan yang berbeda.
a. Menurut
James L Marsell
James L Marsell mengemukakan 6 prinsip mengajar
yaitu:
1.
Prinsip konteks
2. Prinsip fokus
3. Prinsip urutan
4. Prinsip evaluasi
5. Prinsip individualisasi
6. Prinsip
sosialisasi
(Marsell,
James L; 1954: 69 - 119).
1. Prinsip Konteks
Mengajar dengan
memperhatikan prinsip ini, guru dalam menyajikan pelajaran hendaknya dapat
menciptakan bermacam-macam hubungan dalam kaitan bahan pelajaran. Menghubungkan
bahan pelajaran dapat menggunakan bermacam-macam sumber, misalnya surat kabar, majalah atau
buku perpustakaan atau lingkungan sekitar. Dengan prinsip ini, siswa akan
mengetahui "konteks" dari bahan yang dipelajari. Tanpa adanya
konteks, pengetahuan satu dengan pengetahuan lain, biarpun terletak dalam satu
rumpun, akan terpisah-pisah sehingga pengetahuan siswa menjadi kurang kokoh.
2.
Prinsip Fokus
Mengajar dengan memperhatikan
prinsip fokus, yaitu guru dalam membahas pokok bahasan tertentu perlu
menentukan pokok persoalan yang menjadi pusat pcmbahasan. Bila prinsip konteks
mengharuskan guru menghubungkan bahan pengajaran seluas-luasnya, maka prinsip
fokus mengharuskan adanya pemusatan pokok persoalan. Dalam prakteknya,
kedua-duanya harus dilaksanakan sehingga saling melengkapi. Kedua prinsip itu
merupakan kriteria mengajar yang efektif.
3. Prinsip urutan
Mengajar
dengan melaksanakan prinsip urutan adalah materi pengajaran hendaknya disusun
secara logis dan sistematis, sehingga mudah dipelajari anak. Urutan bahan
pelajaran hendaknya menunjang proses belajar mengajar. Misalnya: guru mengajar
matematika dengan pokok bahasan fungsi grafik tentu ia akan merinci kegiatan
apa yang harus dikuasai siswa, untuk memahami dengan mudah
permasalahan fungsi grafik. Untuk memahami prinsip tersebut, guru perlu merinci
kegiatan-kegiatan mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian. Penyusunan
kegiatan-kegiatan tersebut harus sistematis dan logis.
4.
Prin.sip evaluasi
Prinsip ini menekankan bahwa guru
dalam mengajar tidak boleh meninggalkan kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan
kegiatan integral dalam mengajar. Kegiatan evaluasi berfungsi mempertinggi
efektivitas belajar, menimbulkan dorongan siswa untuk lebih meningkatkan
belajarnya da.n memungkinkan guru untuk memperbaiki metode mengajarnya.
Evaluasi ini dapat dilakukan baik secara tertulis maupun lisan dalam bentuk
"assasment".
5..
Prinsip individualisasi
Melaksanakan prinsip
individualisasi diwujudkan dalam bentuk mengajar hendaknya memperhatikan
perbedaan antar individu siswa. Siswa sebagai makhluk individu berbeda-beda,
baik dari segi mental, misalnya perbedaan intelegensi, bakat, minat dan
sebagainya maupun berbeda dalam kecenderungan, misalnya ada yang cenderung
lebih baik pada bidang estetika, tetapi kurang baik pada matematika. dan
sebagainya. Perbedaan individu tersebut dapat dilakukan dalam pemberian
pelayanan belajar, seperti bimbingan belajar, tugas-tugas, dan sebagainya.
6. Prinsip sosialisasi
Prinsip ini menekankan bahwa guru
dalam mengajar hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang menimbulkan
sikap saling kerjasama antara siswa., dalam mengatasi masalah. Cara belajar
seperti itu memiliki dua keuntungan yang dapat diperoleh yaitu:
a.
Dapat membina dan mengembangkan kepribadian siswa terutama sikap demokrasi.
b. Pengetahuan anak akan bertambah kokoh
sebab di dalam proses belajar di antara siswa terjadi saling memberi dan menerima.
Dalam prakteknya, keenam prinsip harus
dilaksanakan secara integral. Prinsip konteks, urutan, dan evaluasi merupakan prinsip-prinsip yang digali dari
bagaimana cara menyusun dan menyajikan bahan kepada siswa, sedangkan prinsip
individualisasi dan sosiolisasi mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan yang
belajar.
b. Menurut
Mandigers
Prinsip-prinsip mengajar menurut
Mandigers sudah dikenal lama dan sudah menjadi bagian dari ilmu didaktik di
Indonesia. Prinsip-prinsip mengajar ini lebih terkenal dengan nama: Azas-azas didaktik
Menurut Mandigers agar anak mudah dan berhasil
dalam belajar, guru dalam mengajar harus memperhatikan:
1. Prinsip aktivitas mental.
2. Prinsip menarik perhatian.
3.
Prinsip
penyesuaian perkembangan siswa.
4.
Prinsip appersepsi.
5
. Prinsip peragaan.
6.
Prinsip aktivitas motoris.
Selain hal
tersebut di atas, ahli pendidikan lain menambahkan dengan prinsip motoris,
korelasi, dan lingkungan. Dalam uraian ini akan dikemukakan berturut-turut.
1. Azas aktivitas mental
Belajar adalah aktivitas mental.
Oleh karena itu yang mengajar hendaknya dapat menimbulkan aktivitas mental,
tidak hanya mendengar, mencamkan, dan sebagainya tetapi lebih menyeluruh pada
aspek kognitif, efektif, maupun psikomotoriknya. Prinsip CBSA sangat memenuhi
prinsip ini.
2..
Prinsip Menarik Perhatian
Bila dalam
belajar mengajar, anak-anak memiliki perhatian penuh kepada bahan pelajaran,
maka hasil belajar akan lebih meningkat sebab dengan penuh perhatian, ada
konsentrasi yang pada gilirannya hasil belajar akan lebih berhasil dan tidak
mudah lupa.
3. Prinsip penyesuaian
perkembangan murid
Anak akan lebih tertarik
perhatiannya bila bahan pelajaran yang diterimanya sesuai dengan
perkembangannya. Prinsip ini juga sudah dikemukakan oleh J.A. Comenius.
4. Prinsip appersepsi
Prinsip ini memberikan
petunjuk kepada guru bahwa dalam mengajar hendaknya selalu mengaitkan dengan
hal-hal yang sudah diketahui. Dengan cara tersebut, anak akan lebih tertarik
sehingga bahan pelajaran mudah diserap. Prinsip ini dilaksanakan pada permulaan
pengajaran.
5. Prinsip peragaan
Prinsip
peragaan memberikan pedoman bahwa dalam mengajar hendaknya menggunakan alat
peraga. Dengan alat peraga, proses belajar mengajar tidak hanya dengan
kata-kata (verbalistis). Pelaksanaan prinsip ini dapat dilakukan dengan
menggunakan bermacam alat peraga atau media pengajaran. Kalau pengajaran
dilaksanakan dengan menggunakan alat peraga, hasil belajar anak lebih jelas dan
ia pun tidak cepat lupa.
6. Prinsip motori.s
Mengajar
hendaknya dapat menimbulkan aktivitas motorik anak didik. Belajar yang melibatkan
aktivitas motorik, menyebabkan anak tidak cepat lupa dan menimbulkan hasil
belajar yang tahan lama.
7.
PrinsipMotivasi
Motivasi
ialah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam
rangka memenuhi kebutuhannya. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar.
Makin kuat motivasi seseorang dalam belajar, makin optimal dalam melakukan
aktivitas belajar. Dengan kata lain, intensitas (kekuatan) belajar sangat
ditentukan oleh motivasi (dorongan). Dalam mengaplikasikan prinsip ini, guru
dapat:
• Menghubungkan
pelajaran dengan kebutuhan anak.
• Menghubungkan
pelajaran dengan pengalaman anak.
• Memilih
berbagai metode mengajar yang tepat.
Prinsip-prinsip
tersebut dalam pelaksanaanya hendaklah dapat diterapkan secara integral. Hal
itu dapat dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila anak dalam
melakukan kegiatan belajar dapat berlangsung secara intensif dan optimal,
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen
(tetap). Untuk itu, guru dalam mengajar harus dapat menimbulkan aktivitas
mental dan fisik (CBSA). Proses belajar mengajar yang demikian itu akan
terwujud bila mendapat dukungan dari situasi belajar di mana prinsip peragaan,
appersepsi, korelasi dapat dilaksanakan.
By. R.A. Gerungan dan
berbagai sumber.